Batu Mandi merupakan salah satu lokasi wisata bersejarah dan penuh filosofi yang terletak di sekitar kawasan Pantai Pulisan, Sulawesi Utara. Konon, di balik Batu Mandi terdapat sebuah aliran sungai kecil yang mengalir tenang menuju laut. Menurut cerita masyarakat setempat, sungai tersebut dulunya sering dikunjungi oleh para bidadari dari pelangi yang turun ke bumi untuk mandi. Keindahan alam yang alami dan suasana yang sunyi dipercaya menjadi alasan para bidadari memilih tempat ini sebagai lokasi permandian mereka. Batu besar yang berdiri kokoh di tepi pantai inilah yang kemudian dikenal sebagai Batu Mandi, sebagai saksi bisu kisah para bidadari dari langit. Lebih dari sekadar legenda, Batu Mandi juga memiliki peran penting dalam tradisi masyarakat lokal. Dahulu, Pantai Pulisan memiliki area khusus yang diperuntukkan hanya bagi perempuan, dan Batu Mandi menjadi batas atau penanda wilayah tersebut. Di masa lalu, perempuan akan datang ke pantai ini untuk bermain air dan mandi dengan aman dan nyaman, tanpa gangguan. Filosofi Batu Mandi pun berkembang sebagai simbol perlindungan, keindahan, dan kesucian perempuan. Hingga kini, meski kawasan tersebut telah terbuka untuk umum, masyarakat masih menghormati nilai-nilai budaya dan sejarah yang melekat pada Batu Mandi, menjadikannya lebih dari sekadar objek wisata alam, tetapi juga sebagai warisan budaya yang sarat makna.
Pantai Nusu yang berada di Desa Pulisan dikenal sebagai salah satu destinasi wisata yang tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga menyimpan cerita asal-usul nama yang menarik. Nama "Nusu" berasal dari istilah lokal masyarakat Pulisan untuk menyebut pohon ketapang. Di wilayah ini, pohon ketapang lebih dikenal dengan sebutan "pohon nusu". Keunikan penamaan ini muncul karena sejak dahulu, pantai tersebut memang ditumbuhi banyak pohon ketapang yang tumbuh secara alami di sepanjang pesisir, memberikan nuansa teduh dan asri bagi siapa saja yang datang berkunjung. Hingga saat ini, pohon-pohon nusu masih berdiri kokoh di sekitar Pantai Nusu, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kawasan tersebut. Keberadaan pohon ini tidak hanya memperkaya keindahan lanskap pantai, tetapi juga menjadi simbol hubungan harmonis antara alam dan masyarakat setempat. Nama "Pantai Nusu" pun terus dipertahankan sebagai bentuk penghargaan terhadap warisan alam dan budaya lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun. Wisatawan yang datang ke tempat ini tidak hanya disuguhkan panorama laut yang memukau, tetapi juga bisa merasakan nuansa sejarah dan kearifan lokal yang masih hidup hingga saat ini.
Pantai Kelapa Bulan yang terletak di Desa Pulisan memiliki sejarah yang unik dan menarik perhatian dari warga maupun wisatawan. Nama "Kelapa Bulan" berasal dari sebuah kisah yang telah turun-temurun diceritakan oleh masyarakat setempat. Konon, di masa lalu, di pantai ini pernah tumbuh sebuah pohon kelapa yang sangat berbeda dari kelapa pada umumnya. Yang membuatnya pohon kelapa tersebut istimewa adalah buahnya yang berwarna menyerupai bulan—putih keperakan dan bercahaya samar—berbeda jauh dari warna hijau biasa yang sering dijumpai. Keanehan ini menjadi daya tarik tersendiri, apalagi saat itu belum pernah ada satu pun pohon kelapa yang memiliki ciri seperti itu. Menurut cerita dari warga setempat, pohon kelapa ini tidak ditanam oleh siapapun, melainkan tumbuh sendiri secara misterius. Bahkan, dalam kepercayaan lokal, kelapa tersebut diyakini berasal dari langit, sebagai tanda atau anugerah dari alam. Meskipun pohon kelapa ajaib itu kini sudah tidak ada lagi, kisahnya tetap hidup dalam ingatan masyarakat dan menjadi bagian penting dari identitas pantai tersebut. Nama "Pantai Kelapa Bulan" pun tetap dipertahankan hingga kini sebagai penghormatan terhadap kisah legendaris itu, sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang penasaran akan sejarah dan keunikan tempat ini.